Senin, 07 November 2011

SAMBUTAN KEPALA MADRASAH DI HARI RAYA IDUL ADHA 1432 H

FOTO KEPALA  MADRASAH


IBU SUPIN MURTIASIH, S.PdI 

 Labbaika Allahumma Labbaik… Labbaika la syarika laka labbaik… 
Innal hamda wanni’mata laka wal mulka. … 

Tepat pada hari ini, Sabtu, 05 November 2011 seluruh umat islam yang sedang menjalankan ibadah haji di tanah suci Makkah melakukan wukuf di Arafah. Wukuf sebagai puncak kegiatan pelaksanaan ibadah haji dan setelah itu maka umat islam di dunia merayakan hari kemenangan yakni hari raya Idul Adha. Idul Adha juga identik dengan hari raya kurban. Kurban berupa Sapi maupun hewan lainnya. Adapun makna kurban tersebut adalah untuk menyucikan harta yang kita miliki dan bisa juga sebagai kendaraan kita di akhirat nanti



segenap Keluarga Besar MI Nurul Islam Klurahan Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha 1432 H semoga Kita Menjadikan Allah SWT sebagai tujuan awal dan akhir kita, serta mewujudkan rasa taqwa, cinta dan kasih itu ke dalam kehidupan nyata, kepada alam semesta dan sesama manusia, dapat menjadi perwujudan nyata dari karakter yang dibangun oleh semangat dan jiwa qurban ini. Sejak maghrib tadi malam, hingga tiga hari setelah hari ini, umat Muslim sedunia melaksanakan Hari Raya Qurban (Idul Adha). Hari raya yang ditandai dengan pemotongan hewan qurban, entah unta, kambing, sapi, kerbau, atau pun domba. Namun demikian, di balik prosesi pemotongan hewan qurban tersebut, terkandung nilai kesejarahan yang mengabadi dan nilai-nilai spiritualitas yang kuat mendasarinya. Di zaman Nabi Adam AS, qurban dijadikan batu ujian dalam menyelesaikan 'sengketa' dua bersaudara, Habil dan Qabil. Dan qurban yang diterima adalah qurban-nya Habil, karena Habil mengurbankan hewan yang terbaik dengan hati tulus ikhlas. Sementara Qabil, berkurban karena dilandasi ingin mengalahkan saudaranya Habil dan demi kepentingan dirinya pribadi. Allah menerima perwujudan qurban Habil. Peristiwa ini mengisyaratkan untuk memberikan yang terbaik dan melandasinya dengan keikhlasan hati. Di masa Nabi Ibrahim AS, Allah memerintahkan kepada beliau untuk mengurbankan anaknya terkasih Ismail AS. Tanpa ragu, dan setelah mendapat persetujuan langsung dari Ismail AS, prosesi qurban dilaksanakan. Saat pedang yang sangat tajam telah diletakkan di tenggorokan Ismail dan prosesi qurban akan dimulai, Allah SWT menggantinya seketika dengan seekor hewan qurban yang gemuk. Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS, lulus dari ujian cinta dan keterikatan duniawi. Cinta kepada Allah, ketaatan dan pengabdian kepada Allah SWT diletakkan segalanya di atas cinta kepada apa pun dan siapa pun juga di dunia ini. Allah SWT menjadi muara awal dan akhir kehidupan. Ini menjadi salah satu hikmah dari peristiwa ini. Nabi Muhammad SAW, setiap hari Idul Adha membeli 2 ekor domba gemuk, bertanduk dan berbulu putih bersih. Setelah mengimami sholat dan berkhutbah, beliau melaksanakan sendiri prosesi qurban. Saat domba pertama dibaringkan untuk disembelih, beliau berkata "Ya Allah, terimalah ini dari Muhammad dan ummat Muhammad", lalu menyembelih hewan itu. Kemudian mengambil domba satunya, membaringkannya dan berdoa "Ya Allah, terimalah ini dari umatku yang tidak mampu ber-qurban".(HR Ahmad, Ibnu Majah, Abu Dawud, Al-Turmudzi, dan lain-lain). Sebagian daging untuk Rasulullah dan keluarga beliau, sedangkan sisanya semuanya dibagikan kepada orang-orang miskin. Melalui ibadah qurban, Baginda Nabi Muhammad SAW mendidik dan mengisyaratkan kepada kita semua, agar memperhatikan, peduli, dan mau berbagi kepada sesama manusia, terlebih lagi kepada yang hidupnya dalam kesempitan, lara papa. Secara harfiyah, qurban berasal dari kata qarraba yuqarribu, yang bermakna "mendekatkan". Makna "mendekatkan" dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan melaksanakan segala syariat dan perintah-Nya, dan dengan mendekatkan diri kepada sesama manusia terkhusus lagi kepada mereka yang sengsara. Berbeda dengan ritual persembahan pada agama lain, dalam Islam daging qurban bukanlah untuk Tuhan. Allah SWT tidak makan dan minum. Daging qurban, sebagian dinikmati oleh pelaku qurban, dan sebagian besar lainnya ditujukan untuk fakir miskin. Tidak sekerat daging pun diberikan kepada Tuhan YME. "Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik". (Al Hajj [22]: 37). Artinya, bukan daging dan darah hewan qurban yang sampai ke hadirat Allah, melainkan ketaqwaan, ketaatan dan keikhlasan niat pelaku qurban yang akan mendapat keridhoan dari Allah SWT.

1 komentar: